Monday, October 22, 2012


Ciri Khas Iluminasi Mushaf Aceh
Penulisan mushaf Al-Qur’an telah dimulai sejak abad ke-7 M (abad pertama Hijri). Empat atau lima salinan pertama Al-Qur’an pada masa Khalifah Usmān bin ‘Affān yang dikirim ke beberapa wilayah Islam, pada tahun 651, selanjutnya menjadi naskah baku bagi penyalinan Al-Qur’an—disebut Rasm Usmānī. Dari naskah itulah kemudian, pada abad-abad selanjutnya, semua salinan Al-Qur’an dibuat.
Di Nusantara, penyalinan Al-Qur'an diperkirakan dimulai dari Aceh, sejak sekitar abad ke-13, ketika Pasai, di pesisir ujung timur laut Sumatra, menjadi kerajaan pertama di Nusantara yang memeluk Islam secara resmi melalui pengislaman sang raja, yaitu Sultan Malik as-Saleh. Kemunculannya sebagai kerajaan Islam sejak awal atau pertengahan abad ke-13 merupakan hasil dari proses islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi para pedagang Muslim sejak abad ke-7, dan seterusnya. Meskipun demikian, kita tidak menemukan Al-Qur’an dari abad ke-13 itu, dan Al-Qur’an tertua dari kawasan Nusantara yang diketahui sampai saat ini berasal dari akhir abad ke-16. Penyalinan Al-Qur’an secara tradisional berlangsung sampai akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 yang berlangsung di berbagai kota atau wilayah penting masyarakat Islam masa lalu, seperti Aceh, Riau, Padang, Palembang, Banten, Cirebon, Yogyakarta, Surakarta, Madura, Lombok, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Makassar, Ternate, dan lain-lain. Warisan penting masa lampau tersebut kini tersimpan di berbagai perpustakaan, museum, kolektor, pesantren, masjid, serta ahli waris, dan paling banyak berasal dari abad ke-19.

Tradisi Penyalinan al-Qur'an di Aceh

Read More

Saturday, October 13, 2012


Iluminasi Khas Mushaf  Aceh 

Sejak masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam abad ke-16 M hingga abad ke-20 masehi, tidak diragukan lagi Aceh menjadi salah satu negara yang memiliki peradaban tinggi sehingga menjadi kiblat Islam di Asia Tenggara.
Aceh ketika itu menjadi pusat intelektual dan keagamaan, yang kemudian melahirkan karya-karya spektakuler berupa naskah-naskah tulisan tangan (manuscripts) atau dikenal sebagai naskah kuno. Keberadaan naskah kuno Aceh di berbagai museum dalam maupun luar negeri, yang ditulis oleh para ulama dan intelektual Aceh pada masa kesultanan dan setelahnya, menjadi bukti kemajuan ilmu pengetahuan di Aceh di masa lampau.
Sejauh menyangkut naskah Aceh ini, persentuhan tradisi tulis dengan proses islamisasi yang terjadi pada masa yang sangat awal di Aceh juga telah membentuk karakteristik dan kekhasannya, sehingga menempatkan Aceh pada level teratas  di Asia Tenggara untuk beberapa abad. Ada ribuan salinan naskah, dari ratusan judul hasil karya puluhan ulama Aceh yang aktif menulis. Sebagiannya kini dapat dijumpai di wilayah asalnya, baik yang tersimpan di lembaga-lembaga kebudayaan maupun di masyarakat, dan sebagian lagi telah tersebar ke sejumlah tempat di luar Aceh, baik di dalam maupun di luar negeri
Manuskrip menjadi sangat penting karena menunjukkan peradaban suatu bangsa, sekaligus mengabadikan tapak tilas identitas masyarakatnya. Karena itu, negara yang maju dan beradab akan menelusuri karya-karya intelektualnya yang terdahulu.
Status naskah-naskah kuno di Aceh-Nusantara telah terjadi proses penyalinan besar-besaran pada awal akhir abad ke-18 akibat politik uang Eropa yang membeli (transaksi) naskah-naskah nusantara. Namun, berbeda kasus penyalinan naskah di Aceh periode tersebut, pada era yang sama kitab-kitab tersebut disalin ulang untuk disebarkan ke seluruh Aceh, dengan tujuan tertentu, khususnya naskah-naskah yang berkaitan dengan Prang Sabi dan identitas ke-Aceh-an.
Secara umum, keberadaan naskah Aceh di luar negeri diakibatkan oleh dua faktor, pertama perampasan pada masa kolonialisme dan kedua faktor bisnis (jual beli) naskah antara oknum masyarakat (kolektor) dengan pihak asing. Fenomena faktor kedua tersebut sampai sekarang masih merajalela, di mana naskah-naskah Aceh begitu mudah terbang ke luar negeri diakibatkan faktor ekonomi.

Menelusuri Manuskrip Aceh di Belahan Dunia

Read More

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top