Wednesday, September 19, 2012

Koleksi Museum Aceh
Kontribusi peradaban Islam dalam dunia kedokteran sungguh sangat tak ternilai. Di era keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet dokter terkemuka yang telah meletakkan dasar-dasar kedokteran modern. 

Dunia Islam juga tercatat sebagai peradaban pertama yang memiliki rumah sakit yang dikelola secara profesional. Dunia kedokteran Islam di zaman kekhalifahan telah mewariskan sederet peninggalan bagi peradaban modern. 

Salah satu peninggalan terpenting dari kedokteran Islam adalah terapi kedokteran. Para dokter Muslim melalui kitab atau risalah yang ditulisnya telah memperkenalkan aneka terapi untuk mengobati beragam penyakit.

Para dokter Muslim di era kejayaan mencoba membuktikan hadis Rasulullah SAW yang menegaskan bahwa ''semua penyakit pasti ada obatnya.'' Lewat aneka terapi yang dikembangkannya, para dokter Muslim berhasil menemukan metode penyembuhan penyakit berdasarkan penyebabnya.

Beragam jenis terapi yang dikembangkan kedokteran Islam itu antara lain; aromaterapi, terapi kanker, kemoterapi, kromoterapi, hirudoterapi, parmacoterapi, pisiterapi, psikoterapi, pitoterapi, urologi, litotomi, dan terapi seksual.

Aromaterapi
Aromaterapi merupakan salah satu jenis pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk memengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang.

Ragam Terapi Warisan Khazanah Islam

Read More

Friday, September 07, 2012

Meskipun sumber-sumber mengenai kelahiran dan kematiannya belum bisa terjangkau, kenyataab bahwa Baba Daud hidup antara pertengahan kedua abad ke-17 dan dekade pertama abad ke-18 adalah suatu hal yang sering dibicarakan. Nama asli Baba Daud yang lebih banyak dikenal dengan panggilan Baba Rumi adalah Baba Daud Bin Ismail bin Agha Mustafa bin Agha Ali ar-Rumi*. Salah satu leluhurnya dipercayai telah sampai ke Aceh. Dan diyakini juga bahwa ibunya berasal dari Melayu berdasarkan sandaran pada nama Baba Daud, yaitu al-Jawi.

Jika kita ambil sebagai pertimbangan, Gurunya, Syeikh Abdurrauf as-Singkili hidup antara tahun 1615-1693 dan kembali ke Aeh setelah menyempurnakan pendidikannnya di Arab pada tahun 1661[1], maka besar kemungkinan bahwa Baba Daud hidup pada pertengahan kedua abad ke-17 dan permulaan abad ke-18.

Dalam halaman perkenalan Tafsir Baizawi disebutkan bahwa Baba Daud bernama lengkap Baba Daud Bin Ismail bin Agha Mustafa bin Agha Ali ar-Rumi.[2] Referensi lainnya menyebutkan tentang keberadaan beliau sebagai murid seorang ulama terkenal, Syeikh Abdurrauf as-Singkili bernama Manzarul Ajla Martabatil A’la yang ditulis oleh Syeikh Faqih Jalaluddin, salah seorang murid dari Baba Daud sendiri.[3]

Mengenai keberadaan Baba Daud di Aceh, ada beberapa pendapat yang berbeda. Azra menyebutkan bahwa Baba Daud merupakan salah seorang tentara yang dikirim oleh pemerintahan Turki untuk melawan Portugis.[4] Berkenaan dengan hal ini, Abdullah Shagir, seorang tokoh Melayu modern, mengkritik ide tersebut dan menyajikan beberapa alternatif. Salah satunya adalah suatu kemungkinan bahwa Syeikh Ismail ar-Rumi, seorang pemimpin tariqat Qadiriyyah, yang dikirim dari Turki ke Aceh adalah ayah dari Baba Daud.[5]

Syeikh Baba Daud juga dikenal dengan panggilan Teungku Chik Di Leupu. Panggilan ini diberikan kepada Baba Daud karena

Baba Daud al-Rumi: Sosok Ulama Turki di Aceh

Read More

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top