Tuesday, June 22, 2010

Membedakan huruf Arab pegon dengan huruf Arab asli sangat mudah. M Irfan Shofwani dalam bukunya Mengenal Tulisan Arab Melayu menerangkan bahwa penulisan Arab pegon menggunakan semua aksara Arab Hijaiyah dilengkapi dengan konsonan abjad Indonesia yang ditulis dengan aksara Arab yang telah dimodifikasi.

Modifikasi huruf Arab ini dikenal sebagai huruf jati Arab Melayu yang berwujud aksara Arab serapan yang tak lazim. Misalnya, untuk konsonan nga, Arab pegon menggunakan huruf ain atau ghain dengan tiga titik di atasnya. Sedangkan, untuk konsonan p diambil dari huruf fa dengan tiga titik di atasnya dan sebagainya. Selain itu, huruf Arab pegon meniadakan syakal (tanda baca) layaknya huruf Arab gundul.

Namun, sumber lain menyebutkan, huruf Arab pegon hampir selalu dibubuhi tanda baca vokal. Ini berbeda dengan huruf Jawi yang ditulis gundul (tanpa tanda baca). Bahasa Jawa memang memiliki kosakata vokal yang lebih banyak daripada bahasa Melayu. Sehingga, vokal perlu ditulis untuk menghindari kerancuan.

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Syamsul Hadi menjelaskan, kata pegon berasal dari bahasa Jawa pego yang artinya tidak lazim dalam mengucapkan bahasa Jawa. Hal ini, menurutnya, disebabkan banyaknya kata Jawa yang ditulis dengan tulisan Arab dan menjadi aneh ketika diucapkan. Penje lasan itu diperkuat oleh Titik Pudji astuti dalam tulisan Aksara pegon: Sarana Dakwah dan Sastra dalam Budaya Jawa. Menurutnya,

Perkembangan Penggunaan Aksara Pegon Dan Melayu

Read More

Thursday, June 17, 2010

Daerah Aceh amat kaya dengan bahan obat tradisional. Di kawasan-kawasan terpencil pemakaian obat asli Aceh itu masih dipraktekkan hingga sekarang; walaupun dalam jumlah terbatas.  Beberapa waktu lalu, lirikan terhadap obat tradisional juga pernah bangkit di Aceh. Hal ini dapat dibuktikan dengan diwujudkannya “Taman Obat Tradisional” Universitas Syiah Kuala  di Banda Aceh. Amat disayangkan, akibat kemarau panjang taman obat ini tidak berumur panjang; mudah-mudahan mampu dibangkitkan  lagi di masa mendatang!.
Perhatian terhadap obat  bukanlah hal baru..  Ini terbukti  dengan adanya tiga buah buku(kitab) yang ditulis pada masa kesultanan Aceh. Pembahasan tertua mengenai obat dan organ-organ tubuh manusia telah ditulis Syekh Abdussalam pada tahun 1208 H. Tulisan ini merupakan  dua  bab dari tujuh bab dari kitab Tambeh Tujoh (Tujuh Tuntunan).
Karya kedua mengenai obat, merupakan sebagian  isi kitab Tajul Muluk(Mahkota Raja) yang disusun Syekh Ismail Aceh pada zaman sultan Ibrahim Mansur Syah(1837-1870 M). Kitab tersebut  juga ditulis atas perintah sultan Aceh ini. Kitab obat ketiga adalah naskah yang diterjemahkan oleh Syekh Abbas Kutakarang dari naskah bahasa Arab. Penterjemahannya dilakukan tahun 1266 H, yakni 24 tahun sebelum pecah perang Aceh-Belanda tahun 1290 H.

Membedah, Tiga Manuskrip Aceh tentang Kedokteran dan Kesehatan

Read More

Ragam Daerah atau Ragam Dialeg
Ragam patokan daerah, lazim dikenal dengan dialeg/logat. Ragam ini digunakan sekelompak masyarakat dari suatu wilayah atau daerah tertetu. Misalnya dalam berbahasa Indonesia dikenal dialeg Medan, Jawa, Sunda, dan Aceh (Yamilah, 1994:10). Demikian juga dalam berbahasa Aceh dikenal beberapa dialeg sebagai berikut:

1. Dialeg Aceh Tamiang
Dialeg ini digunakan oleh masyarakat yang berdomisili di kawasan Aceh Tamiang. Khususnya bagi penduduk yang menggunakan bahasa Aceh, karena masyarakat Aceh Tamiang memiliki corak bahasa etnis tersendiri yang bernama bahasa Tamiang. Dialeg bahasa Aceh di wilayah Tamiang sangat dipengaruhi oleh bahasa Tamiang.

Keunikan dan Dialeg Bahasa Aceh

Read More

Sastra Aceh telah berkembang seiring zaman perkembangan peradaban dan sejarah dari abad ke abad, dan baru dikenal (disalin) pada abad ke 14, namun sastra lisan telah berkembang sejak Aceh dikenal pada abad ke 9. Jika ditilik perbedaan sejarah sangat jauh jangka panjang antara lisan dan tulisan. Namun,, belum tentu hal tersebut benar, mengingat tidak ada satu sejarapun mencatat perjalanan sastra tersebut secara detail dan rapi, kita hanya dihadapkan pada naskah Manuskrip Sejarah raja-raja Pasai yang menggambarkan keberadaan Kesultanan Pasai.

Bisa disebutkan bahwa Aceh merupakan daerah pusat kebudayaan Islam sebab dari negeri ujung Sumatera pada awal menyebarkan Islam di seluruh Nusantara, termasu didalamnya Malaysia dan Pathani, paling tidak masih ditemukan di dua negara tersebut karya-karya para ulama-ualam Aceh. Maka tak pelak, jika bumi Seuramoe Mekkah ini banyak mewariskan beragam corak sastra Islami. Dari bumi serambi Mekkah juga asal muasal pembaharuan sastra Melayu Indonesia. Yang berpengaruh dan membawa perubahan terhadap sastra Melayu Indonesia. Daerah Aceh memiliki aset kekayaan genre (cabang ) sastra klasik (classic literature).

Ciri-ciri umum karya sastra klasik adalah sama dengan ciri sastra lama yaitu: a) bersifat anonim (tidak memiliki nama pengarang), b) bercorak ragam lisan diceritakan dan dibicarakan dari mulut ke mulut, c) bersifat turun temurun antar generasi ke generasi, d) jika berupa puisi unsur ritma dan sajak lebih dominan.

Sastra Klasik Indatu Orang Aceh

Read More

Thursday, June 10, 2010

Puluhan kitab tua bertumpuk di atas meja di pendopo Yayasan Pendidikan Ali Hasymi, Banda Aceh. Oman Fathurrahman, seorang peneliti, asyik memeriksa sebuah kitab tulisan tangan beraksara Arab. Ketika halaman kitab yang telah lusuh dan berwarna kekuningan itu dibalik, debu langsung beterbangan ke udara.
Oman kemudian memberikan catatan tentang kitab Ta’bir Gempa kepada Kazuhiro Arai, peneliti dari Jepang. Dengan bersemangat, peneliti yang mahir berbahasa Arab itu memasukkan data tersebut dalam laptop. "Tiga abad sebelum tsunami menghancurkan Aceh, 26 Desember 2004 lalu, ternyata sudah ada ilmuwan lokal yang menulis tentang gempa. Ini menarik"." kata Kazuhiro.

Kedua peneliti itu tengah sibuk mendokumentasikan ratusan naskah tulisan tangan kuno atau manuskrip yang dikoleksi Yayasan Ali Hasymi. Oman adalah koordinator peneliti dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, sedangkan Kazuhiro peneliti dari Center for Documentation and Area-Transcultural Studies (C-DATS) Tokyo University of Foreign Studies (TUFS).

Menyelamatkan Kekayaan Intelektual Serambi Mekkah

Read More

BEASISWA PROGRAM MAGISTER DAN DOKTOR

BIDANG FILOLOGI ISLAM ANGKATAN II
KERJASAMA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LEKTUR KEAGAMAAN BADAN LITBANG DAN DIKLAT KEMENTERIAN AGAMA RI  DENGAN
SEKOLAH PASCASARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010/2011

Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI bekerjasama dengan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuka pendaftaran program beasiswa pendidikan angkatan ke-2 Program Magister dan Doktor dalam bidang Filologi Islam dengan tujuan menghasilkan Magister dan Doktor yang memiliki pemahaman agama yang komprehensif dengan kekuatan riset berbasis manuskrip (manuscript-based research), berpijak pada kekayaan tradisi keislaman, (keagamaan) dan keindonesiaan, serta berwawasan global.

GELAR AKADEMIK
Lulusan Program ini diberi gelar Magister Agama bidang Humaniora (MA.Hum) dan Doktor (Dr) bidang Pengkajian Islam dengan konsentrasi Filologi Islam.

Beasiswa Pendidikan Magister dan Doktor Filologi Islam

Read More

Wednesday, June 09, 2010

Tradisi penulisan, penyalinan, dan penyebaran naskah-naskah keagamaan di dunia Melayu-Indonesia memiliki keterkaitan dan berkolerasi dengan proses Islamisasi. Dalam buku Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, Prof Dr Hasan Muarif Ambary (Arkeolog Indonesia) memaparkan kehadiran para pedagang berkebangsaan Arab. Persia, dan Gujarat di beberapa pelabuhan di wilayah nusantara pada tahap awal yang setidaknya telah memperkenalkan kepada penduduk setempat tata cara melaksanakan ibadah Islam.

Upaya pengenalan ajaran Islam ini dilakukan melalui fase-fase kontak sosial budaya antara para pedagang Muslim dan penduduk setempat. Salah satu bentuk kontak sosial budaya yang berlangsung di antara mereka dilakukan melalui perkawinan. Menurut Prof Ambary, dalam kurun waktu abad ke-7 hingga ke-10 M sangat mungkin terdapat hubungan perkawinan antara pedagang Muslim asing dan penduduk setempat sehingga mereka beralih menjadi Muslim.

Perpaduan Budaya Islam dan Nusantara

Read More

Thursday, June 03, 2010

 Menunggu Sentuhan Tangan-tangan Filologi, Mengabdi dan Menjunjung Tinggi Karya Leluhur

Hingga saat ini, Indonesia dikenal sebagai suatu negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Jumlahnya sekitar 90 persen dari total populasi yang berjumlah 230 juta jiwa. Agama Islam dianut oleh masyarakat Indonesia, mulai dari barat sampai timur dan dari utara sampai selatan. Dari wilayah Sabang di Aceh sampai Merauke di Papua, dari Pulau Miangas sampai Rote.

Menurut sejumlah data, agama Islam masuk ke wilayah nusantara ini sejak abad ke-13 dan ke-14 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peninggalan berupa kuburan Fatimah Maimun di Gresik. Sumber lain menyebutkan, agama Islam telah masuk ke bumi nusantara ini sejak abad ke-7 Masehi. Hal ini diungkapkan oleh seorang peneliti Muslim asal Cina, Ibrahim Tien Ying Ma, dalam bukunya Muslim in Cina.

Penyebar agama Islam di Indonesia, jelas Ibrahim, dibawa oleh utusan dari sahabat Saad bin Abi Waqqash RA. Ditambahkan oleh Sumanto Al-Qurtuby, dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa: Bongkar Sejarah atas Peranan

Naskah Kuno Islam Nusantara, Ternyata Begitu Berserakan

Read More

Tentu akan keliru jika kita mengira Islam tidak pernah menyentuh dan memajukan bangsa Afrika, sebab di sejumlah keluarga di Timbuktu, Mali, menyimpan peninggalan budaya Islam yang tidak terkira nilainya. Mereka mewarisi ribuan naskah kuno tentang Islam yang ditulis tangan.

Naskah-naskah itu tertulis dalam bahasa Arab, yang merupakan bahasa kaum elit di Afrika barat. Isinya tentang hukum, filsafat, kedokteran, astronomi, dan matematika.

Abdelkader Haidara, adalah salah satu pewarisnya. Ia memiliki salah satu naskah paling tua, berupa Al-Quran dari abad ke-13 yang ditulis di atas kulit rusa.

"Kami terancam kehilangan separuh budaya keislaman," ujar Haidara. Ia berusaha untuk mempertahankan manuskrip bersejarah itu di tempat asalnya.

Naskah Kuno Timbuktu, Bukti Islam Berjaya di Afrika

Read More

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top